Jumat, 19 Februari 2010

MENCIPTA SASTRA

Saya bermimpi untuk menjadi yang nomor satu lagi. Setelah selama delapan tahun menjadi yang nomor satu ketika saya sekolah. Ingin rasanya mengulang saat-saat itu lagi. Namun kini gerakan otak saya tak segesit dulu lagi. Untuk mengingat hal-hal yang mudah saja kadang-kadang saya lupa. Saya bukanlah Ali Topan anak jalanan tapi hidup saya banyak juga saya habiskan di jalan. Saya juga bukan Harry Potter sang pesulap yang dapat mengendarai sapu sehingga terbang ke awan. Saya tidak bisa berenang dan melakukan pekerjaan-pekerjaan berat. Namun saya sangat bersyukur dengan apa adanya diri saya. Banyak orang lain yang isi otaknya pas-pasan dan bahkan melakukan hal seperti yang saya lakukan ini saja tidak bisa, menulis.Saya memperoleh nilai bahasa indonesia paling tinggi di bangku kuliah. Dari semua mata kuliah hanya itu saja yang mendapat nilai A. Akhirnya saya mencoba meneruskan bakat itu di keseharian saya yaitu menulis. Walaupun isi tulisan saya tidak tersusun dalam kerangka yang jelas namun saya sudah cukup puas sehingga saya dapat menumpahkan isi pikiran saya. Saya sangat berpegang teguh pada agama. Namun sekarang iman saya semakin menipis semenjak banyaknya cobaan yang saya terima ketika ini. Saya ingin mencoba bangkit lagi untuk menjadi pemenang dengan cara ini, menulis sebanyak-banyaknya. Belum pernah ada yang memberi komentar terhadap blog ini. Namun saya yakin suatu hari blog ini akan berguna sekali, minimal untuk diri saya sendiri. Saya paling benci orang yang melakukan sesuatu dengan pamrih. Tidak banyak buku atau literatur yang saya baca. Dan tidak banyak pula masukan dari orang-orang terkemuka. Sesosok figur yang paling menonjol hanyalah guru bahasa indonesia saya, yang memberikan pengertian-pengertian bagaimana menyusun kalimat yang baik dan benar menurut pola struktur kalimat dan ejaan yang disempurnakan. Cita-cita saya bahwa suatu hari saya akan mencoba menumpahkan isi pikiran saya dalam bahasa lain, minimal bahasa inggris agar saya dapat dikenal di mata dunia. Mata pena lebih tajam daripada pedang. Hal itulah yang saya cankan dalam-dalam di dalam niat saya untuk menulis. Satu-satunya buku paling favorit yang saya baca adalah laskar pelangi. Di sana digambarkan bagaimana kehidupan alam fiksi yang sangat dekat hubungannya dengan dunia nyata. Dan pengaruh yang ditimbulkan dari membawa emosi pembaca adalah sangat signifikan. Hasil karya dari luar negeri adalah makanan empuk untuk penulis lokal yang masih pemula dalam menulis. Adapun grup Daun band yang mengutip kata-kata dari kitab suci akhirnya memperoleh sukses besar dalam peluncuran albumnya. Menulis bagaikan menjadi seorang astronot yang terbang ke luar angkasa untuk mencari kehidupan baru. Ada banyak hal yang dapat kita eksplorasi untuk mencari dan menemukan ide dalam menulis. Seperti mencari air di planet lain. Sungguh sulit dilakukan namun apabila sudah berhasil akan membawa hasil untuk orang banyak. Tulisan ini belum dapat diklasifikasikan dalam fiksi maupun non fiksi. Alur yang diterapkan juga masih jauh dari susunan kerangka yang sistematis. Namun saya bersyukur telah sedikit lebih maju beberapa langkah daripada orang yang belum pernah menulis sama sekali. Blog-blog dari luar negeri berbahasa inggris juga menjadi bahan literatur saya. Beberapa novel dan juga berita-berita nyata saya jadikan bahan pembelajaran untuk membangun kalimat yang baik. Adakah ruang untuk kita menjadi lebih baik daripada secarik kertas dan pena? Saya yakin tak ada yang lebih dari itu. Bahkan penciptaan tenaga nuklir pun diawali oleh dua benda tersebut. Ini adalah percobaan besar yang nantinya akan menimbulkan suatu hal yang sama hebatnya dengan nuklir. Saya terinspirasi dari sebuah film dimana sesorang dapat bebas dari penjara setelah menggali lubang pembebasan dengan sebuah sendok. Usaha yang dilakukan sedikit memiliki hasil tetapi akhirnya dapat membebaskan seseorang dan membawa seseorang kepada kehidupan yang dia inginkan. Dalam perjalanan panjang saya mengembara di bangku sekolah, tidak banyak hasil karya yang saya hasilkan. Saya kurang produktif dalam mencipta sesuatu. Namun sistem pembelajaran di Indonesia memang menuntut murid-murid sekolah untuk mengikuti garis kurikulum sepanjang masa sekolahnya. Akhirnya tidak banyak yang bisa dihasilkan dari sebuah bangku sekolah. Hanya ilmu-ilmu umum yang menuntut pengembangannya secara pribadi. Upah terhadap apa yang kita lakukan adalah nilai dan prestasi. Wajah yang dihias make up adalah mengembangkan ilmu yang kita miliki. Sehingga ilmu itu akan tampak lebih cantik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar